TAWADHU’

TAWADHU’ adalah lawan kata dari “SOMBONG”. Ia berasal dari lafadz Adh Dha’ah yang berarti “kerelaan manusia terhadap kedudukan yang lebih rendah dari kedudukan yang semestinya ia peroleh” atau “rendah hati terhadap orang yang seiman”, “lemah lembut terhadap sesama Muslim”, “terhindar dari sifat ghurur (tertipu) terhadap diri sendiri”, dan “mau menerima kebenaran apa pun bentuknya dan dari siapa pun asalnya”.

Junaid bin Muhammad -rahimahullah- berkata: “Tawadhu’ adalah sikap rendah hati dan lemah lembut terhadap sesama manusia.” (Tahdzibul Akhlak, 126). “Siapa yang merasa dirinya berharga maka tidak mendapat bagian dari sifat tawadhu'” (Madarijus Salikin,2/342).

Fudhail bin ‘Iyadh -rahimahullah- pernah ditanya oleh seseorang tentang tawadhu’ lalu ia menjawab: “Anda duduk dan patuh kepada kebenaran dan menerimanya dari siapa pun yang mengucapkannya.”

Sebagian ulama berkata: “Diantara tanda tawadhu’ adalah seseorang meyakini bahwa setiap Muslim itu lebih baik darinya.” (Hada-iqul Haqa-ik,113).

Ibnul Qayyim Al Jauziyah-rahimahullah- berkata: “Tawadhu’ adalah mengakui kekuasaan Allah dengan merendahkan diri, tunduk, dan patuh kepada-Nya serta menghambakan diri kepada-Nya.” (Madarijus Salikin, 2/346). Ia juga mengatakan: “Engkau tidak akan mendapatkan derajat tawadhu’, sehingga mau menerima kebenaran dari  orang yang engkau cintai dan yang engkau benci, mau menerimanya dari musuh sebagaimana menerimanya dari kekasih.” (Ibid, 2/350).

Anthaki -rahimahullah- berkata: “Tawadhu’ yang paling bermamfaat adalah yang dapat mengikis kesombongan dari dirimu dan yang dapat memadamkan api (menahan) amarahmu.”

Untuk lebih jelasnya, kita perlu mengenal kebalikan dari arti tawadhu’, yaitu KESOMBONGAN atau TAKABUR. Penyakit sombong berpangkal pada  jiwa yang merasa tinggi melebihi orang-orang sebaya dan selevel dengannya, merasa terhormat di tengah-tengah masyarakat, dan merasa lebih dari orang lain, meskipun itu tidak ada dalam kenyataan.

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walau pun seberat biji sawi.” Seseorang berkomentar, “Sesungguhnya seseorang suka mengenakan pakaian bagus dan sandal bagus.” Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan cinta keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenran dan meremehkan manusia.” (HR Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu).

(abudzakira: “nasehati aku”)